Menepis
Rintangan
Suatu pagi yang cerah,
seoerti biasa aku selalu sibuk dengan urusan kuliahku, entah mengapa
akhir-akhir ini tugas yang diberikan dosen membuatku selalu begadang dan tidak
bisa tidur dengan nyenyak. Mungkin pemandangan seperti ini sudah lumrah
terlihat pada setiap mahasiswa.
Pada waktu SMA, aku selalu
berfikir bahwa masa itu adalah waktu tersulit bagiku, dimana setiap hari selalu
mengerjakan PR dan kerja kelompok hamper setiap hari. Akan tetapi, sekarang aku
berfikir masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan , karena waktu itu aku
masih tidur sesuai jadwal.
Tetapi sekarang aku sudah
terbiasa dengan kehidupan kuliah, mengerjakan tugas,diskusi,sampai presentasi
disetiap harinya. Aku selalu berfikir ini semua aku lakukan demi kesuksesan dimasa
yang akan dating.
Dalam menjalani masa
kuliah,tidak jarang aku mendapatkan banyak kendala dan itu membuat semua
pekerjaanku menjadi terhambat. Suatu hari, masalah tersebut dating kepadaku.
Apakah masalah itu?
Untuk sebagian orang itu
adalah masalah yang sangat sepele. Akan tetapi, menurutku itu adalah suatu hal
yang dapat menghancurkan semua usahaku yang sydah kulakukan selama semalaman
tadi. Masalah itu adalah printer yang yang kumiliki tidak dapat menyala dan itu
membuatku sangat setres karena pada waktu itu hari sudah tengah malam, akan
tidak mungkin kalau aku keluar pada jam itu, dan juga rumahku jauh dari tempat
tinggal teman-temanku. Aku pun panic dan berusaha mengabari orangtuaku.
“ asssalamualaikum, yah” telponku kepada Ayah
“ waalaikumsalam , kenapa nak?” jawab Ayah
“ ini, kenapa yah printernya tidak mau menyala ? padahal
besok pagi aku punya jadwal kuliah,dan tugas ini harus segera diprint” jelasku.
“ Ya Allah, begini saja ikuti apa perintah Ayah. Kamu
harus buka printernya , lalu periksa apakah ada benda yang nyangkut atau apapun
” jawab Ayah.
“ Tunggu yah sebentar “ jawabku.
Setiap
perintah Ayah kuturuti dan Alhamdulillah printer milikku dapat menyala kembali
dan tugasku pun selesai tercetak.
Rasa syukur selalu ku
panjatkan setelah kejadian tadi. Aku bersyukur mempunyai orangtua yang dapat
selalu membantuku apapun masalah yang kumiliki.
Hari –
hariku dipenuhi dengan rasa senang dan juga sedih. Akan tetapi, semua itu
memang wajar dimiliki oleh setiap manusia . Akhirnya, aku sampai pada semester
akhir kuliahanku. Ada perasaan bahagia dan juga takut karena tugas akhirku
adalah membuat sebuah skripsi yang menurutku tugas itu sangat sulit dikerjakan,
karena membuat sebuah skripsi tidaklah mudah seperti membuat makalah biasa yang
mengandalkan copy dan paste, karena skripsi harus dibuat dengan matang
berdasarkan pemikiran kita sendiri.
Sampai
pada akhirnya, aku sudah menyelesaikan tugas skripsiku dan akupun juga sudah
menjalani siding skripsi. Para dosen sangat kagum dengan skripsi milikku dan
itu membuatku sangat bahagia sekaligus lega.
2 hari
kemudian, oragtuaku mengirimkan uang untuk keperluan wisudaku, dengan cepat
akupun menghampiri atm yang berada tidak jauh dari kampusku.
Perasaanku sangat senang saat itu, karena aku dapat
membeli baju untuk wisuda nanti. Setelah aku mendapatkan uang yang sudah ditransfer
oleh orangtuaku, aku pun bergegas menuju ruang kelas. Akan tetapi, perasaan
senang itu hanya sesaat uang yang telah diberikan orangtuaku tadi telah lenyap
hilang dan tidak tahu siapa yang mengambilnya. Melihat aku syok dan histeris,
semua teman-temanku pun menghampiriku dan menanyakan kronologi mengapa uangku
bisa hilang.
Pada
awalnya tas yang berisikan uang pemberian orangtuaku itu kuletakkan di dalam
kelas dan akupun pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku. Setelah aku
kembali, uang itu sudah tidak ada dan membuatku syok dan menangis.
Salah
satu temankupun akhirnya menghampiriku dan menamainya seorang detektif dan
berkata :
“ Ren, aku akan membantu mendapatkan uang kamu kembali”
ujarnya
“ Memangnya kamu bisa dan yakin akan mendapatkan
pelakunya? “ Tanyaku
“Tentu, karena aku seorang detektif handal ” jawabnya
Akupun tertawa mendengar
jawabannya, dan aku mengira bahwa ia hanya bercanda dan bermaksud hanya
menghiburku. Akan tetapi ternyata ia benar-benar menyelidiki kasus yang aku
alami.
Ia pun mulai bertanya
mengenai kronologi yang terjadi kepadaku. Dan ia pun juga menanyai orang-orang
yang ada dikelasku. Semua teman-temanku menjawab bahwa mereka tidak melihat
siapapun yang mencurigakan, dan mereka juga tidak memperhatikan siapa yang
mendekati kursiku.
Sang detektif pun bergegas
menuju ruang control CCTV , disana ia mengambil file video CCTV yang berada didepan
kelasku, karena CCTV yang berada didalam kelasku memang sudah rusak dan CCTV
tersebut tidak dapat berfungsi lagi. Akan tetapi, waktu kami melihat bersama
rekaman video tersebut memang sangat banyak orang yang keluar masuk kelas, dan
kami pun tidak dapat menuduh sembarang orang. \
Keesokan harinya, sang
detektif menghampiriku dan mengatakan bahwa ia mencurigai seseorang karena dari
gerak-gerik tubuhnya saat keluar dari kelasku ia sedang berisaha mengancing
tasnya, dan dari raut mukanya, ia kelihatan ketakutan.
Sang detektif memberi tahuku
nama orang tersebut, namanya adalah Kara, aku tidak mengenali siapa dia. Dan
pada awalnya aku tidak yakin kalau dia pelakunya. Akan tetapi, didalam hati aku
berkata :
“ tidak salahnya kalau
bertanya secara baik-baik “ pikirku.
Akupun menghampiri Kara yang
diikuti oleh sang detektif. Pada waktu itu, Kara sedang makan di kantin. Saat melihat
aku datang, ia langsung tersedak dan ketakutan. Dengan cepat aku dan sang
detektif menarik tangan Kara dan membawanya menuju bagian belakang kampus.
Sang detektif pun mulai
mengintrogasi Kara. Akan tetapi, ia langsung menangis dan mencoba memelukku
“ Maafkan aku Ren, aku
terpaksa mengambil uangmu karena aku tidak punya uang untuk membayar tagihan
kuliahku” katanya
“ Ya Allah Kara , mengapa
kamu melakukan ini, uang itu adalah pemberian orangtuaku untuk membayar biaya
wisudaku Ra!” tegasku
“ Maafkan aku sekali lagi
Ren, aku berjanji besok aku akan mengembalikan uangmu, asalkan kamu tidak
menyebar luaskan kalo aku yang mengambil uangmu. “ jawabnya
“ Tapi, kamu harus berjanji
kalau kamu tidak akan pernah mencuri lagi !” kataku
“ Iya Ren aku berjanji!”
jawab Kara
Keesokan harinya Kara
menghampiriku dan memberikan uang yang telah dicurinya kembali. Iapun meminta
maaf sekali lagi, dan akupun memang sudah memaafkannya .
Hari yang ditunggu-tunggu
tiba hari itu adalah hari wisudaku, betapa bahagianya hatiku mendapatkan gelar
S.Pd dibelakang namaku. Berfoto bersama Ayah, Ibu dan Adik membuat hatiku
tambah bahagia. Aku selalu bersyukur kepada Allah karena akhirnya aku dapat
menggapai cita-citaku dan dapat membuat bahagia kedua orangtuaku.