Kamis, 10 November 2016



Menepis Rintangan
Suatu pagi yang cerah, seoerti biasa aku selalu sibuk dengan urusan kuliahku, entah mengapa akhir-akhir ini tugas yang diberikan dosen membuatku selalu begadang dan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Mungkin pemandangan seperti ini sudah lumrah terlihat pada setiap mahasiswa.
Pada waktu SMA, aku selalu berfikir bahwa masa itu adalah waktu tersulit bagiku, dimana setiap hari selalu mengerjakan PR dan kerja kelompok hamper setiap hari. Akan tetapi, sekarang aku berfikir masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan , karena waktu itu aku masih tidur sesuai jadwal.
Tetapi sekarang aku sudah terbiasa dengan kehidupan kuliah, mengerjakan tugas,diskusi,sampai presentasi disetiap harinya. Aku selalu berfikir ini semua aku lakukan demi kesuksesan dimasa yang akan dating.
Dalam menjalani masa kuliah,tidak jarang aku mendapatkan banyak kendala dan itu membuat semua pekerjaanku menjadi terhambat. Suatu hari, masalah tersebut dating kepadaku. Apakah masalah itu?
Untuk sebagian orang itu adalah masalah yang sangat sepele. Akan tetapi, menurutku itu adalah suatu hal yang dapat menghancurkan semua usahaku yang sydah kulakukan selama semalaman tadi. Masalah itu adalah printer yang yang kumiliki tidak dapat menyala dan itu membuatku sangat setres karena pada waktu itu hari sudah tengah malam, akan tidak mungkin kalau aku keluar pada jam itu, dan juga rumahku jauh dari tempat tinggal teman-temanku. Aku pun panic dan berusaha mengabari orangtuaku.
“ asssalamualaikum, yah” telponku kepada Ayah
“ waalaikumsalam , kenapa nak?”  jawab Ayah
“ ini, kenapa yah printernya tidak mau menyala ? padahal besok pagi aku punya jadwal kuliah,dan tugas ini harus segera diprint” jelasku.
“ Ya Allah, begini saja ikuti apa perintah Ayah. Kamu harus buka printernya , lalu periksa apakah ada benda yang nyangkut atau apapun ” jawab Ayah.
“ Tunggu yah sebentar “ jawabku.
            Setiap perintah Ayah kuturuti dan Alhamdulillah printer milikku dapat menyala kembali dan tugasku pun selesai tercetak.
           



Rasa syukur selalu ku panjatkan setelah kejadian tadi. Aku bersyukur mempunyai orangtua yang dapat selalu membantuku apapun masalah yang kumiliki.
            Hari – hariku dipenuhi dengan rasa senang dan juga sedih. Akan tetapi, semua itu memang wajar dimiliki oleh setiap manusia . Akhirnya, aku sampai pada semester akhir kuliahanku. Ada perasaan bahagia dan juga takut karena tugas akhirku adalah membuat sebuah skripsi yang menurutku tugas itu sangat sulit dikerjakan, karena membuat sebuah skripsi tidaklah mudah seperti membuat makalah biasa yang mengandalkan copy dan paste, karena skripsi harus dibuat dengan matang berdasarkan pemikiran kita sendiri.
            Sampai pada akhirnya, aku sudah menyelesaikan tugas skripsiku dan akupun juga sudah menjalani siding skripsi. Para dosen sangat kagum dengan skripsi milikku dan itu membuatku sangat bahagia sekaligus lega.
            2 hari kemudian, oragtuaku mengirimkan uang untuk keperluan wisudaku, dengan cepat akupun menghampiri atm yang berada tidak jauh dari kampusku.
            Perasaanku  sangat senang saat itu, karena aku dapat membeli baju untuk wisuda nanti. Setelah aku mendapatkan uang yang sudah ditransfer oleh orangtuaku, aku pun bergegas menuju ruang kelas. Akan tetapi, perasaan senang itu hanya sesaat uang yang telah diberikan orangtuaku tadi telah lenyap hilang dan tidak tahu siapa yang mengambilnya. Melihat aku syok dan histeris, semua teman-temanku pun menghampiriku dan menanyakan kronologi mengapa uangku bisa hilang.
            Pada awalnya tas yang berisikan uang pemberian orangtuaku itu kuletakkan di dalam kelas dan akupun pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku. Setelah aku kembali, uang itu sudah tidak ada dan membuatku syok dan menangis.
            Salah satu temankupun akhirnya menghampiriku dan menamainya seorang detektif dan berkata :
“ Ren, aku akan membantu mendapatkan uang kamu kembali” ujarnya
“ Memangnya kamu bisa dan yakin akan mendapatkan pelakunya? “ Tanyaku
“Tentu, karena aku seorang detektif handal ” jawabnya




Akupun tertawa mendengar jawabannya, dan aku mengira bahwa ia hanya bercanda dan bermaksud hanya menghiburku. Akan tetapi ternyata ia benar-benar menyelidiki kasus yang aku alami.
Ia pun mulai bertanya mengenai kronologi yang terjadi kepadaku. Dan ia pun juga menanyai orang-orang yang ada dikelasku. Semua teman-temanku menjawab bahwa mereka tidak melihat siapapun yang mencurigakan, dan mereka juga tidak memperhatikan siapa yang mendekati kursiku.
Sang detektif pun bergegas menuju ruang control CCTV , disana ia mengambil file video CCTV yang berada didepan kelasku, karena CCTV yang berada didalam kelasku memang sudah rusak dan CCTV tersebut tidak dapat berfungsi lagi. Akan tetapi, waktu kami melihat bersama rekaman video tersebut memang sangat banyak orang yang keluar masuk kelas, dan kami pun tidak dapat menuduh sembarang orang. \
Keesokan harinya, sang detektif menghampiriku dan mengatakan bahwa ia mencurigai seseorang karena dari gerak-gerik tubuhnya saat keluar dari kelasku ia sedang berisaha mengancing tasnya, dan dari raut mukanya, ia kelihatan ketakutan.
Sang detektif memberi tahuku nama orang tersebut, namanya adalah Kara, aku tidak mengenali siapa dia. Dan pada awalnya aku tidak yakin kalau dia pelakunya. Akan tetapi, didalam hati aku berkata :
“ tidak salahnya kalau bertanya secara baik-baik “ pikirku.
Akupun menghampiri Kara yang diikuti oleh sang detektif. Pada waktu itu, Kara sedang makan di kantin. Saat melihat aku datang, ia langsung tersedak dan ketakutan. Dengan cepat aku dan sang detektif menarik tangan Kara dan membawanya menuju bagian belakang kampus.
Sang detektif pun mulai mengintrogasi Kara. Akan tetapi, ia langsung menangis dan mencoba memelukku
“ Maafkan aku Ren, aku terpaksa mengambil uangmu karena aku tidak punya uang untuk membayar tagihan kuliahku” katanya
“ Ya Allah Kara , mengapa kamu melakukan ini, uang itu adalah pemberian orangtuaku untuk membayar biaya wisudaku Ra!” tegasku
“ Maafkan aku sekali lagi Ren, aku berjanji besok aku akan mengembalikan uangmu, asalkan kamu tidak menyebar luaskan kalo aku yang mengambil uangmu. “ jawabnya
“ Tapi, kamu harus berjanji kalau kamu tidak akan pernah mencuri lagi !” kataku
“ Iya Ren aku berjanji!” jawab Kara
Keesokan harinya Kara menghampiriku dan memberikan uang yang telah dicurinya kembali. Iapun meminta maaf sekali lagi, dan akupun memang sudah memaafkannya .
Hari yang ditunggu-tunggu tiba hari itu adalah hari wisudaku, betapa bahagianya hatiku mendapatkan gelar S.Pd dibelakang namaku. Berfoto bersama Ayah, Ibu dan Adik membuat hatiku tambah bahagia. Aku selalu bersyukur kepada Allah karena akhirnya aku dapat menggapai cita-citaku dan dapat membuat bahagia kedua orangtuaku.